Sebelum membahas cinta islami dan pacaran islami, terlebih dahulu anda perlu bertanya dalam diri anda sendiri, pentingkah menjalin relasi pacaran?
Hal ini penting dijawab. Bila memang jawabnya penting, sepenting apakah relasi pacaran? Ketika masih duduk di kursi sekolah, harus kah memiliki “pacar”? Rata-rata orang yang memiliki pacar atau berusaha mencari pacar alasannya yaitu takut dianggap tidak gaul dan dikeluarkan dari kelompok pergaulannya. Bila jawabanya tidak penting, maka tidak perlu bekerjasama secara ilegal menyerupai pacaran walau dikalim islamai.
Bila memang ingin cinta islami maka tidak perlu pacaran walau menganggap pacaran secara islami. Karena tidak ada pacaran yang islami. Namun begitu, entah ada atau tidak ada pacaran secara islami maka perlu tanggapan atas pertanyaan di atas. Pentingkah pacaran? Toh, bila memang sudah saling kenal, saling cocok, maka tidak perlu lagi yang namanya pacaran.
Kita sudah tahu bahwa awal terjalin sebuah ikatan pacaran itu berawan dari PDKT. PDKT itu apa sih? Pendekatan untuk perkenalan kan? Berawal dari mendekai si calon pacar. Lalu bila sudah saling merespon dengan baik, sudah saling mengenal dengan baik maka selanjutnya yaitu ada program “menembak cinta”. Bila diterima maka sebagai pacar dan bila ditolak maka sebagai teman. Nah, motif penerimaan sebagai pacar itu alasannya yaitu apa? Kenal dan cocok kan?
Bila memang berawal dari PDKT sudah dianggap lumayan untuk saling kenal maka selanjutnya tidak perlu lagi mengadakan pacaran. Bila memang lanjut ke tahap pacaran maka yang terjadi yaitu lebih dari sekedar kenalan sifat. Dari sini sudah tahu bahwa pacaran hanya untuk pemuasan nafsu seseorang dikala belum ada minat dan kemampuan untuk menikah.
Sehingga, alangkah baiknya bila dari PDKT maka berlanjut kepada tahap serius yaitu menggapai cinta islami. Bagaimana caranya? Adakan sebuah program “menembak cinta” di depan orang renta si target untuk menyebabkan si target sebagai kekasih resmi. Karena sudah kenal terlebih dahulu, pribadi saja menikah. Ini gres cinta islami.
Seislami-islaminya pacaran, tetap ada permainan nafsu untuk kepuasan. Ini tidak main-main. Silahkan anda perhatikan pacaran yang mengaku-ngaku secara islami. Ngakunya islami namun jika SMS ada nuansa romantis. Ucapan misal “abi” dan “umi” selalu keluar sebagai bentuk romantis. Kembali kepada pertanyaan di atas untuk dijawab, pentingkah pacaran?
Bila memang belum dianggap penting pacaran maka jangan melaksanakan PDKT. Bila memang penting, sepenting apakah pacaran? Bukankah program PDKT sudah cukup memperlihatkan berita wacana si target? Bila memang belum cukup, maka kembali lagi pada problem nafsu dan pergaulan.
Ada tidak yang mati alasannya yaitu cinta terpendam atau cinta tanpa harus memiliki? Rata-rata orang yang cintanya menyakitkan alasannya yaitu memang terlalu menahan-nahan perasaan padahal relasi sudah terlanjur dekat. Padahal jika sudah mengungkapkan maka sudah selesai penderitaan cinta terpendam. Bila memang sudah mengungkapkan namun tanpa harus memiliki si target, maka kita tidak perlu nangis bombai. Banyak pola orang-orang yang sudah mengikat sebagai pacar bahkan suami/istri namun pada risikonya putus juga kan walau sama-sama masih cinta? Bila sudah putus berarti cinta tanpa harus memiliki.
Cinta islami tidak harus ada pacaran islami. Sekali lagi, jika ingin pacaran islami, lakukan PDKT lalu dilanjutkan dengan program “menembak cinta” untuk mengadakan ijab kabul bersama si target bila memang diterima cintanya.
Bila belum sanggup menikah, maka tidak perlu mengadakan PDKT. Kenapa? Karena pasti nanti larinya pada ikatan pacaran. Bila sudah pacaran yang ada yaitu menyerupai sudah suami-istri. Bila sudah menyerupai suami-istri walau romantis-romantisan di Hp, maka tidak ada yang namanya pacaran islami.
Bila ada orang yang berkata bahwa ada cinta secara islami, katakan bohong! Silahkan anda menantang mereka untuk menikah, apakah sanggup atau tidak. Bila memang sanggup, kenapa pacaran? Toh sudah mengadakan program PDKT. Kurang apa?
Yang lebih utama dalam cinta islami yaitu mengadakan program PDKT setelah direstui kedua orang tua. Alias dalam hal ini yaitu sudah dianggap memiliki ikatan tunangan. Maka dalam proses ini, mengadakan pengenalan. Karena tidak diawali PDKT waktu mengadakan lamaran. Baru setelah resmi diterima lamarannya maka melaksanakan PDKT. Setelah puas PDKT-nya maka lakukan pernikahan. Tetap dalam hal PDKT ini, tidak dianjurkan saling membangkitkan nafsu. Ingat itu!
Sumber http://mutiaracintax.blogspot.com/

Hal ini penting dijawab. Bila memang jawabnya penting, sepenting apakah relasi pacaran? Ketika masih duduk di kursi sekolah, harus kah memiliki “pacar”? Rata-rata orang yang memiliki pacar atau berusaha mencari pacar alasannya yaitu takut dianggap tidak gaul dan dikeluarkan dari kelompok pergaulannya. Bila jawabanya tidak penting, maka tidak perlu bekerjasama secara ilegal menyerupai pacaran walau dikalim islamai.
Bila memang ingin cinta islami maka tidak perlu pacaran walau menganggap pacaran secara islami. Karena tidak ada pacaran yang islami. Namun begitu, entah ada atau tidak ada pacaran secara islami maka perlu tanggapan atas pertanyaan di atas. Pentingkah pacaran? Toh, bila memang sudah saling kenal, saling cocok, maka tidak perlu lagi yang namanya pacaran.
Kita sudah tahu bahwa awal terjalin sebuah ikatan pacaran itu berawan dari PDKT. PDKT itu apa sih? Pendekatan untuk perkenalan kan? Berawal dari mendekai si calon pacar. Lalu bila sudah saling merespon dengan baik, sudah saling mengenal dengan baik maka selanjutnya yaitu ada program “menembak cinta”. Bila diterima maka sebagai pacar dan bila ditolak maka sebagai teman. Nah, motif penerimaan sebagai pacar itu alasannya yaitu apa? Kenal dan cocok kan?
Bila memang berawal dari PDKT sudah dianggap lumayan untuk saling kenal maka selanjutnya tidak perlu lagi mengadakan pacaran. Bila memang lanjut ke tahap pacaran maka yang terjadi yaitu lebih dari sekedar kenalan sifat. Dari sini sudah tahu bahwa pacaran hanya untuk pemuasan nafsu seseorang dikala belum ada minat dan kemampuan untuk menikah.
Sehingga, alangkah baiknya bila dari PDKT maka berlanjut kepada tahap serius yaitu menggapai cinta islami. Bagaimana caranya? Adakan sebuah program “menembak cinta” di depan orang renta si target untuk menyebabkan si target sebagai kekasih resmi. Karena sudah kenal terlebih dahulu, pribadi saja menikah. Ini gres cinta islami.
Seislami-islaminya pacaran, tetap ada permainan nafsu untuk kepuasan. Ini tidak main-main. Silahkan anda perhatikan pacaran yang mengaku-ngaku secara islami. Ngakunya islami namun jika SMS ada nuansa romantis. Ucapan misal “abi” dan “umi” selalu keluar sebagai bentuk romantis. Kembali kepada pertanyaan di atas untuk dijawab, pentingkah pacaran?
Bila memang belum dianggap penting pacaran maka jangan melaksanakan PDKT. Bila memang penting, sepenting apakah pacaran? Bukankah program PDKT sudah cukup memperlihatkan berita wacana si target? Bila memang belum cukup, maka kembali lagi pada problem nafsu dan pergaulan.
Ada tidak yang mati alasannya yaitu cinta terpendam atau cinta tanpa harus memiliki? Rata-rata orang yang cintanya menyakitkan alasannya yaitu memang terlalu menahan-nahan perasaan padahal relasi sudah terlanjur dekat. Padahal jika sudah mengungkapkan maka sudah selesai penderitaan cinta terpendam. Bila memang sudah mengungkapkan namun tanpa harus memiliki si target, maka kita tidak perlu nangis bombai. Banyak pola orang-orang yang sudah mengikat sebagai pacar bahkan suami/istri namun pada risikonya putus juga kan walau sama-sama masih cinta? Bila sudah putus berarti cinta tanpa harus memiliki.
Cinta islami tidak harus ada pacaran islami. Sekali lagi, jika ingin pacaran islami, lakukan PDKT lalu dilanjutkan dengan program “menembak cinta” untuk mengadakan ijab kabul bersama si target bila memang diterima cintanya.
Bila belum sanggup menikah, maka tidak perlu mengadakan PDKT. Kenapa? Karena pasti nanti larinya pada ikatan pacaran. Bila sudah pacaran yang ada yaitu menyerupai sudah suami-istri. Bila sudah menyerupai suami-istri walau romantis-romantisan di Hp, maka tidak ada yang namanya pacaran islami.
Bila ada orang yang berkata bahwa ada cinta secara islami, katakan bohong! Silahkan anda menantang mereka untuk menikah, apakah sanggup atau tidak. Bila memang sanggup, kenapa pacaran? Toh sudah mengadakan program PDKT. Kurang apa?
Yang lebih utama dalam cinta islami yaitu mengadakan program PDKT setelah direstui kedua orang tua. Alias dalam hal ini yaitu sudah dianggap memiliki ikatan tunangan. Maka dalam proses ini, mengadakan pengenalan. Karena tidak diawali PDKT waktu mengadakan lamaran. Baru setelah resmi diterima lamarannya maka melaksanakan PDKT. Setelah puas PDKT-nya maka lakukan pernikahan. Tetap dalam hal PDKT ini, tidak dianjurkan saling membangkitkan nafsu. Ingat itu!
Sumber http://mutiaracintax.blogspot.com/